Crop rotation (pergiliran tanaman) menjadi solusi dalam mencegah degradasi pada lahan pertanian. Pergiliran tanaman adalah sistem bercocok tanam dimana pada lahan yang sama di tanami dengan beberapa jenis tanaman secara bergantian. Pergantian tanaman yang di lakukan secara intensif dimana setelah panen, laha di tanami jenis tanaman yang berbeda akan membuat bahan organik pada tanah dapat beregenerasi ulang. Bahan organik pada sisa tanaman dimanfaatkan sebagi mulsa dan pembenah tanah dari terjadinya degradasi/ kerusakan tanah. Kerusakan pada lahan sawah bisa terjadi karena kurangnya bahan organik di dalam tanah, dengan penerapan pergiliran sistem patanam maka kebutuhan bahan-bahan organik pada tanah bisa terpenuhi. Untuk mencegah tanah agar tidak terdegradasi, penggunaan pupuk kimia oleh petani bisa di kurangi.

    Pada pola crop rotation harus menggunakan tanaman yang tepat pada setiap kondisi cuaca maupun lahan, bisa kita ambil contoh menanam kedelai sebelum menanam padi agar mendapat produktifitas tanaman yang maksimal.

     Mengapa harus menanam kedelai terlebih dahulu karena pada akar tanaman leguminoseae (kacang-kacangan) mengalami Proses fiksasinitrogen bakteri yang tak lepas dari peran bakteri Rhizobia yang menyebabkan rambut akar menggulung serta menyebabkan infeksi pada akar sehingga muncul bintil-bintil kecil pada akar. Di dalam bintil akar terdapat bakteri yang mengikat Nitrogen (N2) yang menciptakan hubungan simbiosis mutualisme, yaitu dengan bakteri yang mendapat zat hara yang kaya akan energi dari tanaman Leguminoseae sedangkan dari tumbuhan inang mendapat senyawa nitrogen dari bakteri untuk keberlangsungan hidupnya. Ketika tanaman telah mati makanitrogen yang telah terikat di dalam bintil akar akan di lepas lagi ke tanah sehingga tumbuhan berikut akan mendapat manfaat dari nitrogen tersebut.