Lebih dari 78 % masyarakat desa Karangharjo yang berprofesi sebagai petani mengeluh akan kebutuhan pupuk subsidi dari pemerintah. Dirasa pupuk subsidi yang pemerintah bagikan tidak dapat memenuhi kebutuhan tanamanya. Berdasarkan data monografi desa, luas lahan produktif di desa karangharjo antara lain area persawahan 305,454 ha dan lahan tegalan 292,939 ha. Dengan area lahan pertanian yang luas, kebutuhan pupuk menjadi faktor utama dalam keberhasilan tanaman budidaya.

    Tanaman memerlukan pupuk sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan berkembangan yang normal. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, sebagian besar masyarakat dibantu oleh pemerintah dengan memberikan pupuk kimia bersubsidi. Karena pupuk subsidi yang di berikan pemerintah masih kurang, maka solusi satu-satunya yang dimiliki petani adalah dengan pupuk nonsubsidi. Tingginya harga pupuk nonsubsidi menjadi salah satu kendala petani dalam memenuhi nutrisi tanaman. Petani harus menambah biaya operasional tanamanan dengan membeli pupuk nonsubsidi, sehingga biaya produksi semakin membengkak.

    Kebiasaan menggunakan pupuk kimia menimbulkan ketergantungan pada masyarakat yang menjadikannya terus membutuhkan pupuk kimia tanpa memikirkan dampaknya bagi lahan dan lingkungannya. Tanpa disadari, penggunaan pupuk kimia yang dipilih oleh petani sebagai alternatif untuk memberikan nutrisi pada tanamannya juga dapat merusak struktur dan tekstur tanah dan mengurangi produktifitas tanah untuk menunjang kehidupan tanaman disekitarnya. Semakin tinggi intensitas pupuk kimia yang di pakai dapat memberikan dampak negatif pada lahan. Yang pertama dapat membunuh organisme dan mikroorganisme yang baik bagi tanaman, serta memberikan efek degradasi pada tanah.